Sabtu, 16 Mei 2009

Why Do Beautiful People Have More Daughters?

Judul itu diambil dari buku Satoshi Kanazawa Ph.D. dan Alan S. Miller, Ph.D.: Why Do Beautiful People Have More Daughters: From Dating, Shopping, and Praying to Going to War and Becoming a Billionaire–Two Evolutionary Psychologists Explain Why We Do What We Do. Sebelumnya tulisan itu sempat dipublikasikan di jurnal Psyhology Today dan memicu kontroversi yang cukup ramai.

Sepintas memang terdengar kontroversial. Tetapi ada banyak hal yang menurut saya lemah atau bahkan keliru. Pertama, penulisnya beranggapan bahwa tujuan hidup hanya satu: reproduksi. Mereka lupa bahwa ada banyak hal yang penting dilakukan daripada sekadar seks. Kedua, pembahasannya sangat melebar dan dalam beberapa chapter malah cenderung tendensius. Teman saya mengomentari buku itu, “blatantly stupid and racist, but their Ph.D.’s make it sort of ‘valid’.

Namun, hal yang terpenting adalah pertanyaan mengenai why do beautiful people have more daughters tersebut tidak dijawab dengan tuntas. Mereka cuma menulis:

Physical attractiveness is good for both boys and girls, but it’s much more advantageous for girls.. Women like to have affairs with good-looking men, but they don’t necessarily want to marry them.. Beautiful daughters are more likely to pass on their genes successfully than beautiful sons, because they are more likely to find themselves in stable marriages to desirable spouses.

Lalu, kenapa perempuan cantik cenderung punya anak perempuan?

Mengapa Bisa Jadi Laki-laki atau Perempuan?

Orang sering bilang bahwa jenis kelamin anak yang akan dilahirkan ditentukan Tuhan. Walau begitu, Tuhan tidak asal gambling menentukan laki-laki atau perempuan, melainkan melihat dari orang tuanya. Dalam bahasa yang lain, Einstein pernah bilang, “God doesn’t play a dice.

Dari apa yang saya amati, perempuan yang cantik, high profile, atau alpha female; biasanya mempunyai sifat manja, agak malas, dan cuek—-terutama pada lawan jenis. Apabila sudah menikah, mereka biasanya mempunyai kecenderungan merendahkan dan menyepelekan suaminya. Apalagi bila suaminya orang biasa-biasa saja. Hal ini bisa dilihat pada profesi tertentu (walau tidak selalu) misalnya pada artis, fotomodel, pramugari, dan sebagainya.

Sifat-sifat semacam ini nantinya akan membuat dinding rahim perempuan menjadi ke arah basa. Apabila ia sedang dalam masa subur dan berhubungan dengan suaminya, sangat besar kemungkinan calon anaknya nanti perempuan.

Di sisi lain, perempuan yang punya sifat sebaliknya, seperti agresif, penuh semangat, cekatan, atau orang Jawa bilang prigel; dinding rahimnya akan lebih asam dan ada kecenderungan punya anak laki-laki. Dalam kehidupan berumah-tangga, mereka biasanya agak dominan dan agresif dalam menghadapi kehidupan. Biasanya perempuan semacam ini adalah perempuan yang biasa-biasa saja, tidak terlalu cantik dan cenderung low profile.

Terkadang, ada juga yang anak pertamanya laki-laki, tetapi anak keduanya perempuan. Ini bukan disebabkan karena perubahan sifat ibunya secara drastis, melainkan ada kecenderungan dinding rahim menjadi lebih basa setelah (pernah) melahirkan.

Anak, Gen, dan Sifat Orang Tua

Anda juga tentu tahu bahwa anak yang dilahirkan membawa sifat-sifat dari kedua orang tuanya. Tapi mungkin banyak yang belum tahu, sifat mana yang diturunkan, dan dari ayahnya atau dari ibunya?

Sepanjang yang saya tahu, anak laki-laki biasanya dekat dengan ibunya dan sebaliknya, anak perempuan biasanya lebih cenderung dekat ke ayahnya. Anak laki-laki akan dominan mewarisi sifat dari ibunya, sementara anak perempuan biasanya menurunkan sifat-sifat dari ayahnya.

Hal lain yang juga saya amati adalah, makin baik sifat dan perilaku orang tuanya, sifat-sifat yang diturunkan adalah sifat yang baik—-dan terkadang intensitasnya dilebihkan atau dilipatgandakan. Sebaliknya, kalau kedua orang tuanya dalam berumah tangga selalu kisruh, biasanya sifat yang diturunkan lebih banyak sifat jeleknya—-dan juga intensitasnya dilebihkan. Tapi kalau kedua orang tuanya biasa-biasa saja, maka ada sifat baik yang diturunkan tetapi ada pula sifat buruk yang juga diikutkan.

Sebenarnya tak cuma terkait soal psikis, hal ini bisa juga sampai ke soal fisik. Anda tentu tahu ada yang ayah ibunya ganteng dan cantik, namun anaknya malah biasa-biasa saja. Sebaliknya, ada juga yang ayah ibunya agak kurang, tapi anaknya justru secara fisik jauh lebih baik. Ini saya simpan saja untuk pembahasan lain waktu.

Kesimpulan

Anda bisa mengkroscek hipotesis saya di atas dengan anak Anda sendiri, atau orang-orang di sekeliling Anda. Dari pengamatan saya, sebagian besar valid. Namun bila hipotesis tersebut salah, maafkan saya. Saya memang tak punya background kedokteran atau psikologi yang tahu detil soal demikian.

Namun, hipotesis tersebut barangkali bisa Anda gunakan untuk Anda sendiri. Misalkan Anda pasangan muda yang ingin merencanakan keluarga, memilih anak laki-laki atau perempuan, hal tersebut bisa Anda coba. Bisa juga Anda menggunakan hipotesis tersebut untuk merencanakan supaya sifat-sifat yang kelak dimiliki anak Anda merupakan sifat bagus dari Anda dan pasangan.

Ada pertanyaan? Komentar?

Sumber: http://nofieiman.com/2007/12/why-do-beautiful-people-have-more-daughters/

0 komentar: